Tangerang, Matapantura.id – Siapa sih yang tak tau timun suri atau bonteng? Timun suri memiliki nama ilmiah mentimun suri buah, sedangkan bahasa Latin timun suri adalah Cucumis melo L dan kerennya bonteng itu lah sebutan petani untuk buah satu ini.

Mungkin kebanyakan dari kita tau timun suri adalah buah-buahan yang identik dengan bulan suci Ramadhan, karena rasanya yang legit dan manis, buah ini jadi primadona untuk berbuka puasa, dicampur dengan beberapa bahan seperti susu (kental manis), batu es, dan gula. ‘Wah jadi ciamik deh rasanya!’

Ternyata selain rasa yang khas, tekstur buah yang pulen dan kandungan air yang cukup banyak sehingga rasanya seperti melon dan blewah. Disamping rasanya yang enak ternyata timun suri juga memiliki banyak kasiat lo.

*Manfaat timun suri*
Dikutip dari hallosehat.com Timun suri juga memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan. Timun suri dapat Membantu mencukupi cairan tubuh, mencegah sekaligus mengatasi sembelit, menurunkan resiko berbagai penyakit, menyehatkan tulang, dan dapat menurunkan anemia.

*Siklus tanam timun suri*
Di karang anyar tepatnya di kecamatan kemiri, ada petani timun suri yang engga kenal musim. Biasanya timun suri ditanam setelah musim penghujan di lahan persawahan ketika tanaman padi selesai dipanen, yakni menjelang datangnya musim kemarau panjang, cukup untuk membuat timun suri tumbuh subur.

Biasanya, dalam satu musim mendekati bulan Ramadhan akan ada puluhan petani timun suri di karang anyar yang menggunakan area sawah untuk ditanami timun suri, dengan luas puluhan bahkan ratusan hektar.

*Petani yang produktif*
Raswani merupakan petani timun suri yang sudah bertahun-tahun bergelut di dunia perkebunan, ada cerita menarik dibalik penanaman timun suri yang membutuhkan waktu dan proses yang tepat agar menghasilkan bonteng berkualitas.

“Disini terkenal sama timun surinya yang lebih legit, besar dan tahan lama, jadi bisa diadu kualitasnya”, kata Raswani.

Ia juga menerangkan proses penanaman dimulai pada saat panen padi selesai untuk mempermudah membuka lahan, hal ini mensiasati petani yang tidak memiliki lahan (meminjam lahan). Petani timun suri membutuhkan waktu tiga bulan lamanya hingga panen tiba.

“Ini kan tanah sawah yang dipakai kita kalo musim hujan ini banjir mas, ngga bisa dipakai buat timun suri, tapi kita ada alternatif lain, kita manfaatkan tanah tidur di area pertambakan, meskipun musim hujan kita ngga kawatir tanaman itu mati atau gagal panen, soalnya yang kita manfaatkan itu tanggul tambak yang lebar”, ucapnya.

Kreatifitas petani dan potensi besar yang ada di Karang Anyar, sebab pemanfaatan lahan menjadikan petani produktif dan suplay akan timun suri bisa terpenuhi untuk bulan Ramadhan yang akan datang.

(Syahroni/rdk)