Tangerang, Matapantura.id – Yanto (38) warga Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, merasa dipermainkan oleh oknum polisi yang bertugas di Unit 1 Satresnarkoba Polresta Tangerang.
Pasalnya, saat ingin membawa pulang adiknya bernama Wahyudin di Yayasan Izzatunisa Ayudia Bogor, dirinya malah harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 30.000.000. Atas kejadian tersebut, Yanto melapor ke Propam Polda Banten.
“Adik saya ditangkap polisi tapi gak dapat surat apa-apa, surat penahanan juga gak ada. Selembar juga gak dikasih. Kata polisi itu bisa bebas, suruh jemput di tempat rehabilitasi,” kata Yanto kepada awak media, usai membuat laporan di Propam Polda Banten, Senin (26/2/2024).
“Perjalanan ada sekitar tiga jam lebih ke yayasan rehab yang diunjukin polisi. Sampai di yayasan saya dimintain duit Rp. 30 juta buat dua orang. Katanya duit itu buat rawat jalan dan kebutuhan lainnya,” tambah dia.
Upaya Yanto untuk membebaskan Wahyudin pun gagal, karena tidak sanggup memenuhi uang yang diminta pihak yayasan tersebut.
Kronologi Penangkapan
Wahyudin dan Nendi ditangkap polisi pada Rabu 21 Februari 2024 sekitar pukul 23.30 WIB di kediamannya di Kampung Rawa Pisangan, Kecamatan Sukadiri.
Keluarga baru tahu kalau Wahyudin ditangkap polisi setelah polisi yang mengaku dari Unit 1 Satresnarkoba Polresta Tangerang menghubungi Yanto selaku keluarganya.
Polisi melakukan penangkapan berbekal bukti chat WhatsApp antara Wahyudin dengan seorang perempuan.
“Kata polisi itu berkata bahwa adik saudara tersandung masalah obat-obatan berupa eksimer dan tramadol yang polisi dapatkan dari bukti chatting handphone Wahyudin ke seorang perempuan,” ungkap Yanto.
Keluarga meminta kepada polisi agar permasalahan tersebut tidak diperpanjang. Pembicaraan mengarah ke sejumlah uang pun terjadi.
“Uang dari kita ditolak karena kata polisi kalau pimpinan tidak mau segitu,” ungkapnya.
Polisi Pindahkan Wahyudin ke Yayasan Izzatunisa Ayudia Bogor
Kamis 22 Februari 2024 sekitar pukul 9 malam, polisi kembali menggunakan handphone milik Wahyudin. Yanto dipanggil untuk datang ke Polresta Tangerang.
“Saya disuruh beli 5 materai untuk menandatangani serah terima adik saya atas nama Wahyudin. Saya langsung disuruh tanda tangan tanpa dijelaskan isi surat itu. Setelah tanda tangan, saya diajak berfoto bareng bersama beberapa polisi, dan bersama adik saya Wahyudin,” ujarnya.
Yanto mengungkapkan, tidak ada satupun polisi yang memperkenalkan diri kepadanya. Bahkan selembar surat pun tidak ada diberikan. Untuk berkomunikasi, polisi hanya menggunakan handphone milik Wahyudin.
Dirinya berharap kepada Bidpropam Polda Banten dapat menindaklanjuti laporan dugaan ketidakprofesionalan polisi tersebut.
Sumber: Infotangerang.com