Matapantura.id – Ziarah kubur merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan dalam Islam untuk mengunjungi makam orang-orang yang telah meninggal dunia, baik yang masih ada hubungan darah maupun tidak, dengan tujuan untuk mengingat mati, mendoakan mereka, dan mengambil pelajaran dari kehidupan mereka.

Selain itu, ziarah kubur bukanlah sekedar ritual yang dilakukan tanpa makna, melainkan memiliki banyak manfaat dan hikmah bagi orang yang melakukannya.

Pentingnya ziarah kubur dalam Islam adalah karena dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, mempererat tali silaturahmi antara sesama muslim, dan menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Ustad Arya Dila bersama rombongannya asal Kabupaten Tangerang, Banten, melakukan aktivitas ziarah kubur ke salah satu makam ulama ternama yang ada di Jakarta Utara.

“Alhamdulillah, atas izin dan kehendak Allah SWT kita semua bisa silaturahmi atau ziarah kubur ke makam ulama ternama yang ada di Jakarta Utara, tujuan dari ziarah kubur mendoakan almarhum dan terlebih mengingatkan kita kepada kematian,” ucap Ustad Arya Dila, Sabtu (27/5/2023) malam.

Lanjutnya, ia juga mengatakan bahwa dirinya bersama rombongannya berada di sebuah masjid yang disebut Masjid Jami Keramat Luar Batang.

“Masjid atau populer dengan sebutan Masjid Luar Batang merupakan sebuah tempat ibadah bersejarah yang terletak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara,” katanya.

Lanjutnya, ia juga menuturkan bahwa Masjid Luar Batang tersebut yang terletak di Jalan Luar Batang, Gang V No. 1, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.

“Masjid ini banyak didatangi ribuan peziarah setiap harinya, karena di dalam area Masjid itu terdapat ruang makam keramat Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus dan asistennya, seorang keturunan dari Tionghoa bernama Habib Abdul Qodir,” tuturnya.

Ustad Arya Dila menambahkan, dirinya bersama rombongan sangat senang, karena bisa berkunjung ke makam ulama besar yaitu Al- Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.

“Disini kita bisa bertemu dengan saudara sesama muslim. Yang hadir disini sangat luar biasa dari berbagai daerah, banyak rombongan yang datang menggunakan bus, ada yang menggunakan kendaraan pribadi juga,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Edo warga Kabupaten Tangerang Banten mengungkapkan rasa syukur bisa berziarah kubur ke makam Al- Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.

“Kendaraan peziarah parkir di antara warung-warung kaki lima yang berdiri di luar kawasan Masjid. Namun sangat disayangkan juga untuk kendaraan bisa parkir dimana saja, tapi memang lahan parkir sangat terbatas. Tarif parkir mobil pribadi Rp 20.000, Motor Rp 10.000 lumayan mahal, untuk masuk ke dalam kompleks tak dipungut biaya, seperti biasa fasilitas toilet bayar Rp 2.000, penitipan sandal atau alas kaki sepasang itu Rp 5.000,” ungkapnya.

“Semoga makam ulama kita ini bisa dijaga dan dirawat sebaik-baiknya, serta untuk para juru parkir kalau bisa jangan terlalu mahal kasihan para pengunjung apabila bawa uangnya pas-pasan,” sambungnya.

Sementara itu, Sekretaris DKM Masjid Jami Keramat Luar Batang, Daeng Mansur menceritakan sedikit tentang Habib Husein bin Abubakar Alaydrus saat singgah di Kampung Luar Batang tersebut.

“Jadi sebelum menetap di Kampung Luar Batang, Habib Husein sempat menyiarkan Islam di beberapa daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Jawa Barat. Habib Husein sempat disebut sebagai salah satu penyiar Islam termasyhur di pesisir utara Jawa pada tahun 1700an,” jelasnya.

“Jauh sebelum ke Nusantara, Habib Husein juga disebut sempat hijrah ke Kota Surat di Gujarat, yang sedang terjangkit wabah dan dilanda kekeringan. Konon, kedatangannya mendatangkan kesehatan dan juga hujan,” tukasnya.

Selain itu,”Persinggahan terakhir adalah luar batang. Saat itu Kampung Luar Batang namanya Kampung Baru, makanya ada Muara Baru,” tambahnya.

Kemudian, kata Daeng, setelah beberapa lama menyiarkan Islam di tempat itu, Habib Husein wafat pada 1756. Konon, saat jenazahnya hendak dikuburkan di sekitar Tanah Abang, sesampainya di lokasi penguburan, tiba-tiba jenazah Habib Husein yang semula ada dalam kurung batang hilang.

“Ternyata Jenazah kembali ke tempat yang digunakan Habib Husein untuk beristirahat dan mengajar saat masih hidup,” ucapnya.

Kejadian tersebut berlangsung hingga beberapa kali. Pengusung bolak-balik ke tempat pemakaman, namun kejadian serupa terulang. Akhirnya jamaah pun sepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat sekarang.

“Itu lah kenapa berubah namanya menjadi Kampung Luar Batang. Orang kita kan bilang keranda jenazah itu kurung batang, simpelnya jadi keluar dari kurung batang. Jadi luar batang. Peristiwa itu yang mengubah nama kampung dan masjid,” beber Daeng.

Menurut Daeng, peristiwa itu merupakan hal luar biasa yang menjadi penanda soal keinginan sang Habib untuk dimakamkan.

“Itu kan satu hal yang luar biasa, artinya beliau minta dimakamkan di titik beliau, di rumahnya lah, di ruang tamu,” ujar Daeng.

Daeng menyampaikan bahwa aktivitas ziarah ke makam Habib Husein bukan baru-baru ini saja. Melainkan, sudah mulai ada sejak Habib Husein wafat.

Maka, sebagai sosok yang sempat ke sejumlah daerah untuk menyiarkan Islam, wajar menurutnya Habib Husein memiliki murid.

“Saat beliau meninggal sudah mulai diziarahi orang. Tahun 1800 sudah ramai, enggak aneh, karena beliau penyiar Islam, wajar murid mengunjungi makam gurunya,” ucapnya.

Hingga kini, makam Habib Husein tetap menjadi tujuan destinasi ziarah. Tak hanya masyarakat dari dalam negeri, bahkan berasal dari mancanegara.

“Alhamdulillah, para peziarah dari pagi sampai malam banyak, bahkan semakin larut malam tambah ramai. Semuanya itu karena niat, saya ziarah ke makam Wali Allah, sebagai ungkapan terima kasih kepada beliau yang sudah berjuang dengan berdakwah dan lainnya dalam penyebaran agama Islam,” imbuhnya.

Habib Husein
Foto: Makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.

Sebagai informasi, dikutip dari situs dinaskebudayaan.jakarta.go.id, ketika datang di Batavia atau tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa, Habib Husein diberi sebidang tanah oleh warga setempat.

Tanah tersebut kemudian dibangun sebuah mushola yang kini menjadi tempat istirahat atau tinggalnya.

Berjalannya waktu, sebuah surau tersebut yang juga menjadi makam Habib Husein dibangun menjadi Masjid Luar Batang.

Sebelumnya, nama Masjid Luar Batang adalah Masjid An Nur. Kini An Nur dipakai menjadi nama Taman Pendidikan Al Quran (TPA).

(Bandi Badut)