Matapantura.id – Harry De Fretes yang berperan sebagai Boim pelawak seni ‘Betawi Lenong Rumpi’ tahun 1990, berkunjung ke wilayah pesisir pantai yaitu mangrove, tepatnya di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Minggu (21/8/2023).

Dalam kunjungannya, Harry De Fretes mengatakan bahwa kedatangannya di mangrove karena mendapat undangan pada festival seni pesisir.

“Dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke- 78, saya mendapat undangan untuk mengisi di acara festival seni pesisir pantai yang diadakan oleh masyarakat setempat,” katanya.

Selain itu, ia juga menyampaikan rasa bangga dan senang bisa hadir di acara festival seni pesisir pantai di wilayah Mauk.

“Merasa bahagia sekali ya bisa diundang untuk jadi tamu di acara ini sekaligus saya kemarin juga diberi tugas jadi juri lomba karaoke dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78,” ucapnya.

Tak hanya menjadi juri dalam perlombaan, pria yang akrab disapa Boim ini pun diperkenalkan tentang Ekowisata yang ada di wilayah Mauk juga wisata Kampung Nelayan.

“Memang kebetulan saya punya intern sama dunia-dunia kelautan sebenarnya. Dan seperti kita tahu artinya kan wilayah negeri kita ini kan yang lebih besar sebenarnya adalah wilayah laut itu, ya karena itu diundang ke festival seni pesisir, wah saya bisa jadi lebih banyak tahu lagi tentang dunia laut,” sambungnya.

Dia juga terkejut dengan hasil olahan ikan yang diproduksi secara mandiri oleh masyarakat. Beberapa olahan yang Boim cicipi seperti ikan menjadi kerupuk ikan serta yang lainnya.

“Jujur saya ini jadi terkejut juga karena banyak produk-produk yang cukup menjanjikan seperti yang saya ingat banget adalah kerupuk ikan, karena di sini kerupuk ikan menurut saya enak banget rasanya, gurih. Tapi yang saya lihat dari segi kemasan produk ini terlalu apa ya? Maaf, belum terlalu baik ya gitu ya secara packaging nya (Kemasan),” paparnya.

“Supaya jauh lebih menarik karena kan yang pertama dilihat sama orang packaging nya yang kedua baru rasanya, kalau packaging nya menarik tentu jadinya menarik dan ini punten masih banyak yang belum maksimal,” ujarnya.

Saat ini pun, Boim tengah berencana membuat program kampung ikan itu sebagai langkah untuk lebih memperkenalkan kepada masyarakat luas produk-produk yang dihasilkan dari olahan ikan.

Tak hanya dari segi kuliner saja, di kampung ikan yang akan dibentuknya itu juga akan mengenalkan produk lain dan seni berupa kerajinan masyarakat. Hal itu bertujuan untuk menggenjot roda ekonomi masyarakat pesisir.

“Ya untuk merencanakan membuat sebuah energinya di mana galeri itu saya kasih nama untuk namanya Kampung ikan. Kampung ikan di mana di galeri itu nanti kita bisa memperkenalkan produk-produk hasil usaha, baik seni kerajinan masyarakat, kuliner dan sebagainya, supaya bisa lebih dikenal lagi di kalangan yang lebih luas tentu dengan dibantu dengan sosial media ya kan. Syukur-syukur yang lain ya bukan mimpi dong sekarang kan memang kita juga harus bermimpi besar dan harus bermimpi besar. Nah semoga Kampung ikan ini juga bisa menjadi fasilitas bagi karya-karya di sini, dan semoga bisa dikenal ke internasional,” jelasnya.

Ia juga berharap ada peran dari pemerintah daerah untuk mensupport program-program tersebut. Dan mendorong UMKM masyarakat sekitar di dalam kerajinan dan kuliner khas setempat.

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Ketapang menuturkan bahwa gelar tradisi masyarakat pesisir pun dibuka dengan menampilkan rampak beduk tari-tarian parade perahu hias dan barongsai diantaranya seni musik, pencak silat lomba karaoke, panjat pinang dan lain-lain.

“Pastinya juga nggak lupa sama support dari pemerintah daerah. Iya ini udah saya alami juga di Jakarta. Di Jakarta juga begitu, kita kan niatnya membantu masyarakat. Saya sangat mengharapkan support dari pemerintah daerah setempat, Kabupaten Tangerang, ya dengan dinas pariwisata dan ekonomi kreatif dapat diadakan itu bisa membantu mewujudkan yang saya rencanakan,” tukasnya.

(Bandi Badut)