Matapantura.id – Pergelaran angklung yang diinisiasi oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) berhasil memecahkan rekor dunia atau Guinness World Records (GWR).

Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) itu diikuti oleh sebanyak 15.110 pemain angklung yang bermain selama 7 menit tanpa henti dengan nada dan musik yang padu.

Para pemain tersebut memainkan lagu nasional ‘Berkibarlah Benderaku’ dan lagu ‘Wind of Change‘.

Kegiatan pemecahan rekor tersebut berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (5/8/2023).

“Pergelaran angklung ini terselenggara atas gagasan dan arahan Ibu Negara Iriana Joko Widodo selaku pembina OASE, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju, yaitu perhimpunan istri-istri anggota kabinet,” terang Tri Tito Karnavian selaku koordinator acara.

Sebelumnya, lanjut Tri, upaya pemecahan rekor dunia dalam permainan angklung pernah dilakukan oleh berbagai pihak.

“Misalnya, pada tahun 2011 sebanyak 5.182 peserta memainkan angklung secara bersamaan di Monumen Washington DC, Amerika Serikat. Acara yang diselenggarakan oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) itu memainkan lagu ‘We Are the World’ dengan percobaan selama 6 menit dan dipimpin seorang konduktor,” jelasnya.

Tak hanya itu, kata Tri, masyarakat Indonesia juga berhasil menyelenggarakan ansembel permainan angklung di sebuah gedung olahraga di Beijing, China pada Juni 2013.

“Sebanyak 5.393 peserta turut berpartisipasi main angklung dalam gelaran tersebut,” ujarnya.

Pada kesempatan lain, masyarakat Indonesia di Adelaide, Australia, memainkan angklung terbanyak dalam Royal Adelaide Show 2014, yaitu pameran tahunan pertanian terbesar di Australia Selatan.

“Tercatat 6.358 angklung dimainkan oleh pengunjung Royal Adelaide Show 2014 dari berbagai usia. Jumlah angklung ini melampaui pagelaran pada 2011 di Monumen Washington DC, Amerika Serikat,” bebernya.

Kemudian dalam konferensi Asia-Afrika pada April 2015 sebanyak 20.704 orang berkumpul di Stadion Siliwangi Bandung memainkan lagu ‘I Will Survive’ dan ‘We Are The World’ dengan menggunakan alat musik angklung.

“Dari jumlah itu sebanyak 4.117 di antaranya ialah anak-anak berkebutuhan khusus,” sambungnya.

Selain itu, pada November 2018, Keluarga Besar Bumi Siliwangi (Kabumi), unit kegiatan mahasiswa seni tradisional Universitas Pendidikan Indonesia melalui acara bertajuk Angklung’s Day memainkan angklung yang diikuti 5.500 pelajar. Rekor dicatatkan lembaga rekor dunia versi Record Holders Republic (RHR).

Lebih jauh Tri menjelaskan, pergelaran angklung tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air, sekaligus mendukung pelestarian budaya bangsa Indonesia. Seperti diketahui, angklung merupakan warisan budaya tak benda dari Indonesia yang ditetapkan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada November 2010.

Untuk itu, melalui pergelaran ini, angklung diharapkan tetap lestari di dalam negeri maupun luar negeri, serta dapat memberikan inspirasi bagi bangsa-bangsa lain agar mengenali dan menghargai keunikan budaya Indonesia.

“Keberhasilan pemecahan rekor dunia ini menjadi salah satu kado terindah bagi peringatan HUT ke-78 RI,” ujar Tri dengan suka cita.

Diketahui pemecahan rekor ini merupakan hasil kerjasama yang melibatkan banyak pihak, di antaranya OASE KIM, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendagri, Kemensetneg, Kemendikbud, Kementerian PAN RB, ESDM, PUPR, BUMN, dan Kementerian Perhubungan.

Selain itu, juga dilibatkan Praja IPDN, Taruna dan Taruni Politeknik Transportasi Darat Indonesia Sekolah Tinggi Transportasi Darat (PTDI-STTD), Mabes Polri dan DWP Polri, Persit, berbagai organisasi perempuan, pelajar SMP, SMA, TP PKK Pusat, TP PKK Daerah, serta berbagai pihak terkait lainnya.

(Hapip)